Laman

Minggu, 31 Januari 2016

[Kritik Arsitektur dengan Metode Typical] Green Building

Sebelum masuk pada pembahasan ada baiknya kita memahami apa yang dimaksud dengan 'Kritik Arsitektur dengan Metode Typical' ?
Kritik Typical/ Typical Criticism merupakan sebuah metode kritik yang termasuk dalam Kritik Normatif. Metode ini menggunakan perbandingan. Maksudnya adalah membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya. 

Obyek                                         : Sequis Center
Bangunan Pembanding Sejenis  : Wisma Dharmala / Intiland Tower

a. Sequis Center  Jakarta
Lokasi : Sequis Center Kav 57, Jl. Jend. Sudirman, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Type : Kantor
Arsitek : KPF
Jumlah Lantai : 39 lantai (210 m)
Tahun : Berdiri sejak 1980 (awalnya bernama Widjojo Center)
Pemilik : PT. Persero Realty, Jakarta, Indonesia


Perkantoran yang konstruksinya selesai pada tahun 1980 telah menerapkan operasionalisasi gedung berbasis hijau dengan tolak ukur GREENSHIP Existing Building 1.0 dari Green Building Council Indonesia (GBCI).

Sejak diterapkannya operasional gedung berbasis hijau dengan tolak ukur GREENSHIP Existing Building 1.0, Sequis Center berhasil mencapai penghematan penggunaan listrik hingga 28, 12 persen dari baseline, dan penghematan penggunaan air hingga 28,16 persen. Upaya lain yang dilakukan antara lain material resources and cycle (siklus dan sumber daya material) lewat pengelolaan sampah.

Sequis Center termasuk gedung pertama di Indonesia yang menerapkan konsep bangunan hijau melalui penggunaan bahan GRC (Glassfiber Reinforce Cement) sebagai shading pada fasad bangunan. Keunikan bentuk shading pada fasad gedung ini juga berfungsi mengurangi interaksi langsung sinar matahari yang mendukung efisiensi penggunaan pendingin ruangan.

b. Wisma Dharmala / Intiland Tower
Lokasi : Jl. Jendral Sudirman Kav 32
Type : Kantor
Arsitek : Paul Rudolph (USA)
Jumlah Lantai :26 lantai
Tahun : 1982 - 1986
Pemilik : PT. Intiland Development Tbk
Pengelola : PT. Intiland Development Tbk (IHMP)





Dikenal dengan nama Wisma Dharmala, berganti nama menjadi Intiland Tower. Rudolph menunjukkan kemampuan untuk menciptakan ruang publik dan bagus dalam bangunan yang diatasnya memiliki menara perkantoran besar. Rudolph terinspirasi dari bentuk atap - atap di Indonesia yang memiliki overstek karena merespon iklim tropisnya, sehingga apabila di dalam gedung tidak akan secara langsung diterpa cahaya matahari. Juga terdapat void yang cukup besar sehingga udara sejuk masih terasa di dalamnya tanpa kehujanan saat merasakannya.






Pada perencanaan awal, bangunan ini tidak menggunakan pendingin ruangan. Namun seiring berjalannya waktu dan efek rumah kaca telah memberi panas yang cukup parah dan tidak menentu. Akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin ruangan. Hal tersebut tidak berlaku pada koridor bangunan karena udara sejuk masih dapat masuk. Pencahayaan lampu pada siang hari juga tidak diperlukan pada koridor karena cahaya matahari masih dapat masuk tanpa pengguna merasa terik maupun kehujanan.

Struktur yang digunakan menggunakan beton bertulang dan baja.



Kesimpulan:
Intiland Tower bukan merupakan bangunan bersertifikasi GBCI seperti Sequis Center, namun Intiland Tower sudah menerapkan lima dari enam aspek arsitektur hijau. Kedua bangunan ini sama - sama fokus pada tidak adanya penggunaan pendingin ruangan namun pada Intiland Tower pada beberapa ruangan mulai menggunakan pendingin ruangan. Pada Sequis Center penggunaan GRC digunakan sebagai shading yang berfungsi mengurangi interaksi langsung sinar matahari. Jika dilihat dari bangunannya sistem shading yang digunakan sama pada kedua bangunan. Di Indonesia masih belum banyak bangunan ramah lingkungan. Namun dengan adanya bangunan - bangunan seperti Intiland Tower dan Sequis Center diharapkan mampu menjadi contoh agar gedung - gedung lain yang berada di Indonesia, khususnya Jakarta dapat menerapkan Arsitektur Hijau pada bangunan yang sudah maupun nantinya akan didirikan.


Sources:
https://www.wikipedia.org/
https://en.wikiarquitectura.com/index.php/Wisma_Dharmala_Tower
http://properti.kompas.com/read/2015/10/22/180000421/Sequis.Center.Raih.Peringkat.Gold.Bangunan.Hijau?page=all

Jumat, 29 Januari 2016

[Bangunan Bersejarah / Heritage Building] Gereja Blenduk



Gereja Blenduk
Sumber: 
http://www.catatanhariankeong.com


Gereja yang dibangun pada tahun 1753 ini merupakan salah satu landmark di Kota Semarang. Gereja ini bergaya Neo-Klasik, berada di Jl. Suari yang dulu bernama Kerk straat (Jalan Gereja). Nama 'Blenduk' sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti 'menggembung', sampai sekaramg nama asli dari gereja ini tidak diketahui.

Bangunan geraja ini memiliki fasad tunggal yang secara vertikal terbagi atas tiga bagian. Bangunan ini menghadap ke Selatan. Mula - mula gereja ini berbentuk rumah panggung Jawa, dengan atap berarsitektur model Jawa. Pada tahun 1787 rumah panggung ini dirombak total. Tujuh tahun berikutnya diadakan kembali perubahan. Pada tahun 1894, gedung ini dibangun kembali oleh H.P.A. de Wilde dan W. Westmas. Gereja ini dibangun pada abad ke-17 dan telah mengalami 3 kali renovasi, yaitu pada tahun 1753, 1894 dan terkahir tahun 2003. Setiap renovasi diabadikan lewat tulisan batu marmer yang terpasang di bawah alter gereja. Renovasi - renovasi tersebut sama sekali tidak merubah ciri khas bangunan yang mengadopsi gaya arsitektur Eropa klasik yang anggun dan aristokrat.

Gereja Blenduk jaman dulu
Sumber: http://www.skyscrapercity.com


Gereja Blenduk memiliki denah ortogonal atau segi delapan beraturan dengan ruang induk di tengah, tepat di bawah kubah. Dibagian atas gereja, tepatnya di balkon masih terlihat organ (orgel) peninggalan jaman Belanda yang sudah berusia ratusan tahun. Namun orgel ini sudah tidak bisa difungsikan lagi sebagai pengiring saat jemaah bernyanyi. 

Pada interior gereja dihiasi lampu gantung kristal, bangku - bangku ala Belanda dan kursinya semua masih asli. Tangga dari besi cor (lebur) menuju ke orgen Barok yang merupakan buatan perusahaan Pletterij, Den Haag.




 Sumber: https://travelwithmita.wordpress.com




 Interior Gereja
Sumber: http://seputarsemarang.com


Pintu masuk gereja menggunakan pintu ganda dari panel kayu. Ambang pintu berbentuk lengkung. Begitu pula ambang atas jendela yang berbentuk busur. Tipe jendela ada dua kelompok. Pertama, jendela ganda berdaun krepyak. Sedangkan yang kedua merupakan jendela kaca warna - warni berbingkai.


Sources:
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Blenduk_Semarang
http://www.catatanhariankeong.com/2013/04/gereja-blenduk-semarang.html
http://seputarsemarang.com/gereja-blenduk-kota-lama-1265/