Bel Sekolah
berbunyi, anak – anak kelas X, XI, XII memasuki kelas mereka masing – masing.
Hari ini kelas Rio diadakan ujian Pendidikan Kewarganegaraan. Seperti biasa Rio
duduk dibangku paling belakang. Rio memiliki kelompok atau yang lebih sering
disebut dengan geng. Geng Rio bukanlah perkumpulan dari anak – anak baik.
Mereka selalu melanggar semua peraturan sekolah dan menentang semua perkataan
guru.
Kertas soal
mulai dibagikan. Semua anak tampak serius dan mulai mengerjakan soal satu
persatu. Rio mulai menoleh ke kanan dan ke kiri. Kedua tangannya berada di
bawah laci meja dan siap menggapai sesuatu. Benar saja, Rio sudah menyiapkan
buku catatan dan siap untuk menyalinnya ke lembar jawaban. Sesekali Rio
menendang bangku yang ada didepannya dan meminta paksa agar anak yang ada di
depannya mau memberikan jawaban pada Rio. Teman – teman satu geng Rio pun tak
kalah curangnya, mereka saling bertukar jawaban dan berkiriman pesan lewat
telepon genggam masing – masing.
Waktu ujian
selesai, semua anak mengumpulkan kertas dengan tertib dan kembali ke bangku
mereka masing – masing. Berbeda dengan Rio dan anggota gengnya. Mereka memotong
antrian dan langsung keluar kelas menuju kantin. Sang guru pun sentak berteriak
dan memarahi Rio dan kelompoknya. Namun tak satu pun dari mereka yang mau
mendengarkan dan hanya menganggapnya angin lalu dan tetap melangkah
meninggalkan kelas. Anak – anak lain pun tak bisa berbuat apa – apa, mereka
sudah terbiasa melihat Rio dan kelompoknya bertindak seenaknya sendiri. Namun
mereka juga kesal dan tidak suka selalu diganggu oleh kenakalan Rio dan teman. Pernah
suatu waktu Rio menjahili teman sekelasnya sampai temannya itu menangis karena
tertangkap oleh guru meiliki bungkus
rokok di dalam tasnya. Ketika itu memang sedang ada razia kelas mendadak dan
Rio selalu membawa rokok kemanapun ia pergi. Karena tak mau ketahuan ia
memasukkan bungkus rokoknya ke salah satu tas yangberada dibangku depan. Namun
beberapa hari kemudian barulah ketahuan bahwa ternyata bungkug rokok tersebut
adlah miliki Rio. Awalnya Rio sempat menyangkal, namun Rio akhirnya mengaku dan
Rio pun mendapatkan hukuman dari sekolah untuk membersihkan toilet selama satu
minggu. Meski begitu, ia tidak benar – benar jera dengan tingkahnya yang selalu
melanggar peraturan – peraturan sekolah.
“Soto budhe, sama es
teh manis ya”, Rio duduk dibangku kantin dengan rokok yang sudah ada
ditangannya.
Semua penjual makanan
di kantin sekolah sudah terbiasa dengan kehadiran Rio dijam – jam pelajaran
seperti itu.
“Rio! Kamu Merokok di
kantin lagi! Diam disitu!”, salah satu guru memergoki Rio dan teman – temannya
yang sedang merokok di kantin.
Mereka langsung
berlari, berusaha agar tak tertangkap lagi. Tak lama setelah aksi kejar –
kejaran akhirnya mereka tertangkap juga. Mereka dibawa ke ruang kepala sekolah
dan memutuskan untuk memanggil orang tua mereka. Rio dan teman – temannya
tampak terkejut dan tak bisa berbuat apa – apa. Para guru mengancam akan mengeluarkan
mereka jika orang tua mereka tidak datang, dengan alasan apapun.
Cerita diatas menceritakan bahwa semua perbuatan pasti
ada resiko yang harus kita tanggung. Jika saat muda saja sudah melakukan
pelanggaran maka kedepannya mereka akan menganggap bahwa hal tersebut adalah
hal yang biasa. Jika sudah seperti itu, bukan hanya akan merugikan diri sendiri
bahkan orang lain pun akan merasakan dampak dari semua perbuatan mereka para
pelanggar hukum. Oleh karenanya, penting halnya untuk sudah menanamkan sikap
disiplin dan mengamalkan setiap sila pada Pancasila sejak dini. Mencontek atau
berlaku curang adalah cikal bakal perbuatan korupsi atau kasus suap dikemudian
hari jika tidak segera diperbaiki.