Museum Bank Indonesia
Sumber: (https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Museum_Bank_Indonesia_2.jpg)
Museum Bank
Indonesia adalah sebuah museum di Jakarta, Indonesia yang
terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos
Kota), dengan menempati area bekas gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan
cagar budaya peninggalan De Javasche
Bank yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan
dibangun pertama kali pada tahun 1828.
Dilandasi oleh
keinginan untuk dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai peran
BI dalam perjalanan sejarah bangsa, termasuk memberikan pemahaman tentang latar
belakang serta dampak dari kebijakan-kebijakan BI yang diambil dari waktu ke
waktu secara objektif, Dewan Gubernur BI telah memutuskan untuk membangun
Museum Bank Indonesia dengan memanfaatkan gedung BI Kota yang perlu
dilestarikan. Pelestarian gedung BI Kota tersebut sejalan dengan kebijakan
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang telah mencanangkan daerah Kota
sebagai daerah pengembangan kota lama Jakarta. Bahkan, BI diharapkan menjadi
pelopor dari pemugaran/revitalisasi gedung-gedung bersejarah di daerah Kota.
Hal inilah yang
antara lain menjadi pertimbangan munculnya gagasan akan pentingnya keberadaan
Museum Bank Indonesia, yang diharapkan menjadi suatu lembaga tempat
mengumpulkan, menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan aneka benda
yang berkaitan dengan perjalanan panjang BI. Saat ini memang telah ada beberapa
museum yang keberadaannya mempunyai kaitan dengan sejarah BI, namun
museum-museum tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.
Selain itu, gagasan untuk mewujudkan Museum Bank Indonesia juga diilhami oleh
adanya beberapa museum bank sentral di negara lain, sebagai sebuah lembaga yang
menyertai keberadaan bank sentral itu sendiri.
Arsitektur
Museum Bank Indonesia
Museum Bank Indonesia
Sumber: http://miner8.com/id/5010
Bangunan de Javasche Bank menempati sebuah
bangunan bekas rumah sakit Binnenhospitaal,
yang berarti rumah sakit dalam (Kota) masa Batavia selama hampir delapan
puluh tahun. Semakin lama semakin dirasakan perlu adanya penambahan ruangan
baru. Sejak saat itu, mulailah de
Javasche Bank meminta Biro Arsitek Ed. Cuypers
en Hulswit untuk merencanakan pengembangan bangunan lama. Seluruh proses pembangunan
disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan de Javasche Bank yang dimulai sejak 1910 hingga 1935.
Gedungnya yang
nampak megah dengan arsitektur kolonial, yaitu paduan langgam arsitektur
neo-klasik dengan unsur tropis, yang antara lain dicerminkan oleh dinding
tembok yang tebal, langit-langit tinggi, pilar-pilar kokoh, jendela-jendela
besar –biasanya berdaun ganda dengan kisi-kisi atau lubang angin. Ciri utama
dari gedung peninggalan de Javasche Bank
adalah tampilnya ragam hias tradisional sebagaimana terdapat pada candi-candi.
Sementara, pilar-pilarnya menampilkan detail-detail unik yang berasal dari detail
candi Jawa dan Sumatera.
Fasad
Fasad Museum Bank Indonesia
Sumber: (http://jalan2.com/forum/topic/7726-museum-bank-indonesia/)
a.
Museum Bank Indonesia memiliki gaya arsitektur
neo-klasikal, sehingga nilai – nilai historis dapat tercermin pada bangunan
ini.
b.
Meskipun bangunannya tua, bangunan tetap terlihat
indah dan terawat. Kebersihan pada fasad bangunan pun juga terjaga walaupun
berada di lingkungan yang memiliki tingkat polusi yang tinggi.
c.
Ornamen – ornamen klasik dan warna bangunan yang
putih membuat keindahan dan kemegahan bangunan ini menjadi vokal point di
lingkungan sekitarnya.
Interior
Bangunan
Interior Museum Bank Indonesia
Sumber: (http://miner8.com/id/5010)
a. Seperti
yang terlihat dari fasad bangunan, interior bangunan ini memiliki gaya
neo-klasikal atau kolonial.
b.
Penggunaan bahan marmer pada finishing lantai
dan dinding membuat suhu ruangan menjadi sejuk dan nyaman.
c.
Ventilasi dan jendela yang lebar membuat ruangan
loby mendapatkan pencahayaan alami yang cukup sehingga dapat mengurangi
penggunaan cahaya buatan dan menghemat energi.
d.
Interior terlihat menarik dan indah walaupun
tanpa diberikan dekorasi atau hiasan ruangan seperti lukisan, vas, dll.
Ruang Display
Ruang Display
Sumber: (http://miner8.com/id/5010)
a.
Pencahayaan pada barang – barang display
diarahkan dengan tepat sehingga pengunjung dapat melihat secara jelas barang
dan informasi di ruang display tersebut.
b.
Penyajian informasi di ruang display sangat
menarik, tidak hanya berupa tulisan tetapi juga berupa gambar, patung dan
film-film dokumenter/animasi.
c.
Keamanan barang – barang display sangat terjamin
karena barang – barang tersebut dilindungi oleh kotak kaca sehingga penonton
dapat melihat tanpa menyentuh. Dan juga ruang display diberikan pembatas ruang
gerak untuk pengunjung, alat deteksi dan fire protection.
d.
Ruang display lebih tertutup dibantingkan ruang
lainnya untuk menjaga kelembapan barang – barang display.
Kesimpulan
Gedung ini
memiliki klasifikasi pemugaran bangunan golongan A, yaitu harus mempertahankan
keaslian seluruh bangunan, dan hingga kini bangunan ini masih terjaga
keasliannya, bagunan tua sebagai peninggalan sejarah adalah warisan budaya
bangsa, dimana terdapat kearifan tertentu yang sangat berperan sebagai pijakan
generasi masa kini dalam membangun masa depan. Tak hanya mewariskan dalam
bentuk kasat mata saja, tetapi juga esensi dan kualitas yang terkandung di
dalamnya. Peninggalan – peninggalan tersebut harus dijaga sebijaksana mungkin,
dalam niat maupun pelaksanaannya.
Sources: